Asma Nadia Sang Penulis Hebat
Asma Nadia adalah salah satu penulis hebat yang ada di Indonesia.
Ia memiliki nama asli Asmarani Rosalba, yang lahir di Jakarta 26 Maret 1972. Asma
Nadia merupakan anak kedua dari pasangan Amin Usman dari Aceh dan Maria Eri
Susanti, seorang mualaf berdarah
Tionghoa dari Medan. Ia memiliki seorang kakak bernama Helvy Tiana Rosa dan
seorang adik bernama Aeron Tomino. Asma Nadia menikah dengan Isa Alamsyah yang
juga seorang penulis. Dari pernikahannya tersebut, mereka dikarunia dua anak
yang bernama Eva Maria Putri Salsabila dan Adam Putra Firdaus. Asma Nadia
dulunya adalah lulusan dari SMA 1 Budi Utomo, Jakarta. Setelah lulus dari SMA
tersebut, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian di Insitut
Pertanian Bogor. Ia tidak menyelesaikan kuliah yang dijalaninya, karena pada
saat itu Asma Nadia menderita penyakit gegar otak dan tumor. Hal tersebut
sangat mengganggu aktivitasnya sehingga ia harus berhenti berkuliah. Sempat
hampir putus asa, Asma Nadia kemudian menekuni dunia menulis. Dorongan semangat
dari kerabat, keluarga, dan orang – orang yang selalu menyayanginya juga selalu
ia dapat. Asma aktif mengirimkan tulisan – tulisannya ke majalah – majalah
islam, selain itu ia juga menulis cerita – cerita fiksi dan lirik lagu. Karya –
karya tersebut dapat dilihat di album Bestari
l tahun 1996, Bestari ll tahun 1997, dan Bestari lll tahun 2003.
Dengan
kerja kerasnya Asma Nadia berhasil mendapatkan beberapa penghargaan dan hadiah
sastra. Pada tahun 1994 dan 1995 Asma Nadia berhasil memperoleh penghargaan
sebagai juara 1 menulis Cerita Pendek Islami atau LMCPI di tingkat Nsional
dengan karangannya yang berjudul Imut dan Koran Gondrong. Pada tahun 2001 Asma
Nadia juga mendapatkan penghargaan adikarya dalam kategori buku remaja terbaik
2001dengan karangannya yang berjudul Rembulan di Mata Ibu. Pada tahun 2003 Asma
Nadia juga berhasil memenangkan kategori penulis fiksi remaja terbaik dari Mizan
Award dengan karangannya yang berjudul Merajut Cahaya. Tidak hanya mendapatkan penghargaan dan
hadiah sastra, Asma Nadia juga pernah mengikuti pertemuan sastrawan yang di
adakan di Brunei Darussalam dan Workshop kepenulisan novel yang diadakan
majelis sastra Asia Tenggara atau MASTERA.
Asma Nadia juga sering diminta untuk memberi materi dalam berbagai
lokakarya yang berkaitan dengan kepenulisan dan feminisme, baik didalam dan
diluar negeri. Pada tahun 2009 dalam perjalanannya berkeliling Eropa setelah
mendapatkan undangan Writes in Residance dari Le Chateau de Lavigny, ia sempat
diundang untuk memberikan seminar dan wawancara kepenulisan di PTRI Jenewa,
Masjid Al Falah Berlin, KBRI Roma, dan Newcastle. Asma Nadia juga pernah
menjadi satu dari 35 penulis dari 31 negara yang diundang untuk menjadi penulis
tamu Lowa Internasional Writing Program, disana ia sempat berbagi tentang
Indonesia dan proses kreatifitasnya dalam menulis dengan pelajar dan mahasiswa
serta kaum tua di Amerika Serikat. Selain memenuhi undangan untuk membaca
cerpen yang telah diterjemahkannya ke bahasa inggris, karyanya terpilih untuk
ditampilkan dalam adaptasi ke pentas teater di Lowa. Ia juga berkolaborasi
dengan aktor tunarungu Amerika Serikat dalam pementasan di State Departement,
Washington D.C
Sejak tahun 2009, ia merintis penerbitas sendiri dengan nama Asma
Nadia Publishing House. Beberapa bukunya yang telah diadaptasi menjadi film
adalah Emak Ingin Naik Haji, Rumah Tanpa Jendela dan Assalamu’alaikum Beijing.
Seluruh royalita dari buku Emak Ingin Naim Haji disumbangkannya untuk sosial
dan kemanusiaan, khususnya membantu mewujudkan impian kaum muslim untuk
menunaikan ibadah haji dan umroh tapi kurang mampu.
Kesibukannya selain menjadi penulis fiksi, ia juga menjadi pimpinan
Forum Lingakar Pena, sebuah forum kepenulisan bagi penulis muda yang anggotanya
hampir ada di seluruh provinsi di Indonesia. Karena kesuksesannya, ia berhasil
mendirikan Yayasan Asma Nadia dan Rumah Baca Asma Nadia yang hampir tersebar di
seluruh Indonesia. Rumah baca sederhana yang beberapa di antaranya memiliki
sekolah dan kelas komputer serta tempat tinggal untuk anak yatim yang diberikan
Asma secara gratis. Saat ini, ada 140 perpustakaan yang dikelola bersama
relawan untuk kaum yang kurang beruntung dan tidak mampu. Saat ini, Asma Nadia
aktif dengan pekerjaannya sebagai Direktur Yayasan Prakasa Intan Mandiri
(Prima). Ia juga sibuk mengadakan berbagai paket kegiatan anak melalui Prime
Kids dan memberi kursus bahasa inggris. Walau ia sibuk menjalani aktivitasnya
didunia kepenulisan, Asma Nadia juga masih meluangkan waktu untuk menggemari
seni fotografi dan trvelling ,yang telah menjelajahi 59 negara dan 270 kota di
dunia. Dengan kesuksesannya sekarang, tidak lantas membuat Asma nadia menjadi
sombong dan kikir, ia mampu membantu kaum kaum kurang mampu di sekitarnya dan
menjadi inspirator anak muda untuk terus berkarya dan pantang menyerah dalam
menjalani kehidupan.
HALIMAH FATAYATUL HUSNA (14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar