Rabu, 04 April 2018

Biografi Asma Nadia Sang Penulis Hebat | XR SMAN 1 GEGER


 Asma Nadia Sang Penulis Hebat



Asma Nadia adalah salah satu penulis hebat yang ada di Indonesia. Ia memiliki nama asli Asmarani Rosalba, yang lahir di Jakarta 26 Maret 1972. Asma Nadia merupakan anak kedua dari pasangan Amin Usman dari Aceh dan Maria Eri Susanti, seorang mualaf  berdarah Tionghoa dari Medan. Ia memiliki seorang kakak bernama Helvy Tiana Rosa dan seorang adik bernama Aeron Tomino. Asma Nadia menikah dengan Isa Alamsyah yang juga seorang penulis. Dari pernikahannya tersebut, mereka dikarunia dua anak yang bernama Eva Maria Putri Salsabila dan Adam Putra Firdaus. Asma Nadia dulunya adalah lulusan dari SMA 1 Budi Utomo, Jakarta. Setelah lulus dari SMA tersebut, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian di Insitut Pertanian Bogor. Ia tidak menyelesaikan kuliah yang dijalaninya, karena pada saat itu Asma Nadia menderita penyakit gegar otak dan tumor. Hal tersebut sangat mengganggu aktivitasnya sehingga ia harus berhenti berkuliah. Sempat hampir putus asa, Asma Nadia kemudian menekuni dunia menulis. Dorongan semangat dari kerabat, keluarga, dan orang – orang yang selalu menyayanginya juga selalu ia dapat. Asma aktif mengirimkan tulisan – tulisannya ke majalah – majalah islam, selain itu ia juga menulis cerita – cerita fiksi dan lirik lagu. Karya – karya tersebut dapat dilihat di album Bestari  l tahun 1996, Bestari ll tahun 1997, dan Bestari lll tahun 2003.
          Dengan kerja kerasnya Asma Nadia berhasil mendapatkan beberapa penghargaan dan hadiah sastra. Pada tahun 1994 dan 1995 Asma Nadia berhasil memperoleh penghargaan sebagai juara 1 menulis Cerita Pendek Islami atau LMCPI di tingkat Nsional dengan karangannya yang berjudul Imut dan Koran Gondrong. Pada tahun 2001 Asma Nadia juga mendapatkan penghargaan adikarya dalam kategori buku remaja terbaik 2001dengan karangannya yang berjudul Rembulan di Mata Ibu. Pada tahun 2003 Asma Nadia juga berhasil memenangkan kategori penulis fiksi remaja terbaik dari Mizan Award dengan karangannya yang berjudul Merajut Cahaya.  Tidak hanya mendapatkan penghargaan dan hadiah sastra, Asma Nadia juga pernah mengikuti pertemuan sastrawan yang di adakan di Brunei Darussalam dan Workshop kepenulisan novel yang diadakan majelis sastra Asia Tenggara atau MASTERA.
Asma Nadia juga sering diminta untuk memberi materi dalam berbagai lokakarya yang berkaitan dengan kepenulisan dan feminisme, baik didalam dan diluar negeri. Pada tahun 2009 dalam perjalanannya berkeliling Eropa setelah mendapatkan undangan Writes in Residance dari Le Chateau de Lavigny, ia sempat diundang untuk memberikan seminar dan wawancara kepenulisan di PTRI Jenewa, Masjid Al Falah Berlin, KBRI Roma, dan Newcastle. Asma Nadia juga pernah menjadi satu dari 35 penulis dari 31 negara yang diundang untuk menjadi penulis tamu Lowa Internasional Writing Program, disana ia sempat berbagi tentang Indonesia dan proses kreatifitasnya dalam menulis dengan pelajar dan mahasiswa serta kaum tua di Amerika Serikat. Selain memenuhi undangan untuk membaca cerpen yang telah diterjemahkannya ke bahasa inggris, karyanya terpilih untuk ditampilkan dalam adaptasi ke pentas teater di Lowa. Ia juga berkolaborasi dengan aktor tunarungu Amerika Serikat dalam pementasan di State Departement, Washington D.C
Sejak tahun 2009, ia merintis penerbitas sendiri dengan nama Asma Nadia Publishing House. Beberapa bukunya yang telah diadaptasi menjadi film adalah Emak Ingin Naik Haji, Rumah Tanpa Jendela dan Assalamu’alaikum Beijing. Seluruh royalita dari buku Emak Ingin Naim Haji disumbangkannya untuk sosial dan kemanusiaan, khususnya membantu mewujudkan impian kaum muslim untuk menunaikan ibadah haji dan umroh tapi kurang mampu.
Kesibukannya selain menjadi penulis fiksi, ia juga menjadi pimpinan Forum Lingakar Pena, sebuah forum kepenulisan bagi penulis muda yang anggotanya hampir ada di seluruh provinsi di Indonesia. Karena kesuksesannya, ia berhasil mendirikan Yayasan Asma Nadia dan Rumah Baca Asma Nadia yang hampir tersebar di seluruh Indonesia. Rumah baca sederhana yang beberapa di antaranya memiliki sekolah dan kelas komputer serta tempat tinggal untuk anak yatim yang diberikan Asma secara gratis. Saat ini, ada 140 perpustakaan yang dikelola bersama relawan untuk kaum yang kurang beruntung dan tidak mampu. Saat ini, Asma Nadia aktif dengan pekerjaannya sebagai Direktur Yayasan Prakasa Intan Mandiri (Prima). Ia juga sibuk mengadakan berbagai paket kegiatan anak melalui Prime Kids dan memberi kursus bahasa inggris. Walau ia sibuk menjalani aktivitasnya didunia kepenulisan, Asma Nadia juga masih meluangkan waktu untuk menggemari seni fotografi dan trvelling ,yang telah menjelajahi 59 negara dan 270 kota di dunia. Dengan kesuksesannya sekarang, tidak lantas membuat Asma nadia menjadi sombong dan kikir, ia mampu membantu kaum kaum kurang mampu di sekitarnya dan menjadi inspirator anak muda untuk terus berkarya dan pantang menyerah dalam menjalani kehidupan.


HALIMAH FATAYATUL HUSNA (14)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar