Rabu, 04 April 2018

Biografi Musa, “Hafidz cilik” dari Bangka | X5 SMAN 1 GEGER


Musa, “Hafidz cilik” dari Bangka


Musa La Ode Abu Hanafi atau biasa dikenal dengan Musa si Hafidz cilik  lahir pada 26 Juli 2008 di Bangka Barat, Bangka Belitung. Musa merupakan putra dari pasangan Laode Abu Hanafi dan Yulianti. Ayahnya Laode Abu Hanafi bekerja sebagai petani, sedangkan ibunya Yulianti merupakan alumni Pondok Pesantren Al-Fatah, Muhajirun, Negararatu, Natar, Lampung Selatan. Musa merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ketiga adiknya bernama Lukman, Hindun dan Zainal. Sejak kecil, sampai berhasil menjadi Hafidz muda di usia delapan tahun, ia memang tidak sekolah ataupun mengenyam pendidikan agama di tempat manapun. Alasan Musa tidak sekolah karena kedua orang tuanya menerapkan homeschooling (metode pembelajaran yang dilakukan di rumah). Dengan begitu, Musa belajar  langsung di bawah bimbingan kedua orang tuanya sebagai guru.
Nama Musa terkenal di khalayak ramai baik di dalam negeri maupun di luar negeri, yakni Malaysia dan Singapura. Musa terkenal sampai luar negeri  setelah ia mengikuti dan meraih juara pertama dalam ajang “Hafidz Cilik Indonesia” yang diadakan oleh salah satu stasiun televisi swasta pada tahun 2014 lalu. Ia menjadi pusat perhatian karena meski pada saat itu ia berusia sangat muda yakni 5 tahun 6 bulan namun, telah mampu menghafalkan 29 Juz dari total 30 Juz Al-Quran. Minat Musa terhadap Al-Qur’an sudah tampak sejak dirinya belum genap berusia dua tahun. Setiap kali mendengarkan kaset murottal (pembacaan) Al-Qur’an, Musa sangat senang dan antusias menirukan. Pada usia dua tahun, ayahnya mulai membimbing Musa membaca Al-Qur’an dengan metode talqin atau membaca hafalan. Metode talqin hanya dilakukan Musa selama dua tahun dan menghasilkan hafalan dua juz saja yakni juz 30 dan 29. Ayahnya mengajari menghafal dari belakang yakni dari juz 30 hingga juz 18, dan kemudian dilanjutkan menghafal lagi dari juz 1. Di usianya ke empat tahun dia mulai bisa membaca Al-Qur’an sehingga proses hafalan menjadi semakin ringan daripada sebelumnya. Sejak saat itu, Musa mulai bisa belajar mandiri. Ia juga menghabiskan waktu 6 sampai 8 jam untuk menghafal Al-Qur’an. Setiap empat hari ayahnya meliburkan pelajaran hafalan Al-Qur’an dan memberikan Musa kesempatan bermain dengan teman sebayanya. Selain sebagai penghafal Al-Qur’an, Musa juga menghafalkan matan-matan hadist penting, seperti Arbain Nawawi dan lainnya.
Pada 10-14 April 2016 Musa didampingi oleh orang tuanya, diutus oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Agama dalam rangka memenuhi undangan Kementerian Wakaf  Mesir, untuk mengikuti Musabaqah Hifzil Quran (MHQ) Internasional di Sharm El-Sheikh Mesir. Musa merupakan peserta termuda sekaligus  wakil Indonesia satu-satunya yang berpartisipasi pada perlombaan tersebut. Musa juga merupakan peserta paling kecil karena usianya yang terbilang cukup muda dibandingkan peserta lain yang berusia di atas sepuluh tahun. Jumlah peserta MHQ Internasional Sharm El-Sheikh untuk semua cabang mencapai 80 orang yang terdiri dari 60 negara antara lain Mesir, Sudan, Arab Saudi, Kuwait, Maroko, Chad, Aljazair, Mauritania, Yaman, Bahrain, Nigeria, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Australia, Ukraina, dan Indonesia serta negara-negara lainnya.
Waktu perlombaan, Musa diminta untuk menuntaskan 6 soal, dirinya berhasil menjawabnya dengan tenang, tanpa sedikitpun keraguan dalam dirinya. Berbeda dengan para peserta lomba lainnya yang rata-rata mengalami lupa,bahkan diingatkan dan dibantu oleh dewan juri. Lancarnya bacaan dan ketenangan Musa dalam membawakan ayat-ayat Al-Quran, membuat Ketua Dewan Juri Sheikh Helmy Gamal, Wakil Ketua Persatuan Quraa Mesir dan sejumlah hadirin, meneteskan air mata. Tak hanya itu saja, decak kagum terhadap penampilan Hafidz Cilik Indonesia pun turut ditunjukan oleh para peserta yang menjadi saingan Musa. Usai tampil Musa langsung diserbu oleh oleh para hadirin untuk berfoto dan mencium kepalanya sebagai bentuk takzim sesuai budaya masyarakat Arab.
Pada acara penutupan, Menteri Wakaf Mesir Prof. Dr. Mohamed Mochtar Gomaa, atas nama Pemerintah Mesir akan memberikan penghargaan secara langsung kepada Musa. Menteri Gomaa menyampaikan takjubnya kepada Musa yang berusia paling kecil dan tidak bisa berbahasa Arab, tapi mampu menghafal Al-Quran dengan sempurna.
Musa  menduduki peringkat ke-12 dari 25 peserta yang ikut bertanding. Musa mendapatkan nilai Mumtaz yakni 90,83 poin dari 100 nilai sempurna. Pada babak final Musa berhasil mendapat  juara tiga di MHQ Internasional di Mesir. Pada bulan Agustus 2014, Musa memperoleh piagam penghargaan tingkat nasional dari MURI sebagai Hafiz Al- Quran 30 Juz termuda di Indonesia. Sebelumnya Musa juga meraih beberapa prestasi lainnya yaitu sebagai juara 1 dan peserta terbaik STQ 30 juz di tingkat Kabupaten dan Provinsi pada tahun 2014 dan 2015. Selain itu, juga dinobatkan sebagai Juara Umum STQ 30 Juz tingkat Kabupaten dan Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2014 dan 2015. Berkat prestasinya tersebut Presiden RI Joko Widodo melalui akun Instagramnya  mengutarakan rasa bangga terhadap seorang hafidz cilik berusia 7 tahun yang berhasil mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah Internasional yaitu di Mesir.
Prestasi Musa La Ode Abu Hanafi, Hafidz cilik usia 7 tahun, membuat kita bangga. Musa yang merupakan peserta termuda, berhasil meraih peringkat tiga kompetisi hafalan Al-Quran pada Musabaqah Hifzil Quran (MHQ) Internasional Sharm El Sheikh, Mesir. Apa yang diraih Musa mengharumkan nama Indonesia di dunia Islam. Selamat, Musa”. Begitulah ucapan selamat dan rasa bangga yang dituturkan oleh Presiden JokoWidodo di akun Instagramnya.
DELA KUMALANINGSIH (08)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar